Saat saya sampai di sekolah pak Adi sekitar jam 9 pagi, acara sudah dimulai dan terlihat suasana sangat meriah. Halaman depan dan halaman sekolah sudah penuh dengan para pengunjung. Saya sempat terhenti sebentar mengagumi gerbang pintu masuk yang terbuat dari kertas dan dibuat seolah-olah memasuki sebuah gua, lengkap dengan tumbuhan merambatnya.
Sebuah drama mengenai pangeran Diponegoro sedang dipentaskan di atas panggung dengan para pemain siswa-siswa SD Al Azhar 20 sendiri. Setelah bersalaman dengan sang tuan tumah, pak Adi saya pun menikmati kemeriahan suasana. Saya sempatkan juga bertemu dengan pak Nanang sang wakil kepala sekolah dan pak Awal, sang kepala TU.
Halaman sekolah yang cukup luas itu sendiri sudah disulap menjadi panggung pentas lengkap dengan tenda penonton. Terlihat hampir semua tempat duduk sudah penuh terisi. Rupa-rupanya para orang tua murid begitu antusias untuk datang guna melihat performance anak-anak mereka di atas panggung. Di sekitar lokasi pertunjukan, di setiap sisi halaman penuh dengan meja-meja bazar. Rupa-rupanya yang berjualan adalah para orang tua murid sendiri. Item terbanyak yang dijual berupa segala macam jajanan dan minuman, ada juga yang berjualan busana dan beragam assesories. Saya pun menyempatkan untuk membeli sebuah kalung manik-manik seharga lima belas ribu, warna pink kesukaan anak perempuan saya.
Bazarnya ngalahin PRJ deh!
Sekali-kali saya pun menikmati pertunjukan di atas panggung. Pertunjukan di atas panggung terlihat dikemas cukup kreatif dan variatif. Dari pentas musik, drama, hingga peragaan busana semua ada. Para siswa dengan penuh kepercayaan pun melenggak-lenggok di atas pentas selayaknya model internasional. Saya yakin, kelak ada diantara mereka yang akan menjadi model beneran!
International model in action.....
Di dalam ruangan-ruangan kelas pun masih ada ruang pameran. Beragam stand berupa pameran budaya internasional diperagakan di dalamnya. Para siswa terlihat sangat kreatif dalam pembuatan menara eiffel dan kincir angin. Para penjaga pameran pun tidak mau kalah gaya. Mereka berdandan sesuai stand yang internasional dipamerkan, dari model none-none Belande, keanggunan perempuan perancis, hingga macho-nya para pria Italy...... Di sebuah sudut pameran, terlihat sebuah stand batik, sebagai sebuah upaya pelestarian budaya Indonesia.
Around the world in a day......
Sayang, saya tidak bisa berlama-lama di acara ini karena di sekolah saya pun ada acara, terpaksa jam 11-an saya harus berpamitan dengan pak Adi. Sukses buat acaranya, pak….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar