Jumat, 19 Maret 2010

Mampukah The Jungle Menjadi Seperti Ancol?


Sepertinya judulnya agak provokatif, tapi itulah beberapa pernyataan yang sempat saya baca di beberapa media, baik tertulis ataupun on line. Walaupun mungkin pernyataan itu bukan dari pihak The Jungle sendiri. Bahkan beberapa klaim menyebutkan bakalan menjadi wahana wisata terlengkap dan termodern di Indonesia. Tidak ada yang aneh memang, toh kedua tempat itu sama-sama merupakan tempat multi wisata keluarga. Gaung the jungle memang makin lama makin nyaring terdengar, sebagai tempat wisata keluarga yang eksklusif dan menyenangkan, terutama wahana airnya. Pamor the jungle juga makin membanggakan kota Bogor beserta segenap warganya. Saudara saya termasuk si Blekok, anak semata wayang saya pun makin gencar mempromosikannya. Intinya ya biar dia diajak bermain air lagi di sana setelah beberapa kali diajak oleh tante-tantenya.

Secara pribadi saya memang belum pernah menginjakan kaki di jungle, tapi ke Bogor Nirwana Residance-nya sendiri sudah pernah yaitu saat menghadiri HUT KOSTER (Komunitas Suzuki Thunder) bersama teman-teman HTML Bogor beberapa waktu yang lalu. Waktu itu acaranya diadakan di Orchard Walk salah satu bagian dari area BNR sebagaimana juga The Jungle.



Setelah menyerah dan tidak bisa lagi menghadapi rayuan anak saya, akhirnya 2 minggu yang lalu, saya beserta anak dan istri pun berboncengan bertiga menaiki si tiger, motor kesayangan keluarga (abis satu-satunya he.. he…) menuju lokasi wisata itu. Sebelum berangkat saya mencopot rear box di motor, untuk mendapatkan area duduk yang lebih lega. Hanya side box saja yang menempel di motor. Lokasi The Jungle yang berada di Bogor Nirwana Residance ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Berangkat jam delapan dari Cisarua sampai di Jungle sekitar jam sembilan. Memasuki area BNR sungguh menyejukan mata. Rumah-rumah mewah di kiri kanan jalan terlihat bersih, rapi, mewah dengan kondisi jalan mulus dengan nuansa alam hijau. Terang aja, namanya juga perumahan elit!

Setelah memarkir motor, dan menggemblok perbekalan kami pun menuju tempat penjualan tiket. O ya, logistik kami cukup lengkap, nasi, bihun goreng, ayam goreng, aqua dua botol, serta satu tas penuh berisi bermacam-macam snack dan jus, pokoknya siap tempur deh! Area parkir motornya terlihat sangat lega dan hanya terisi sebagian, padahal hari Minggu. Harga tiket memasuki The Jungle sebesar Rp.50.000,-. Lumayan mahal untuk keluarga guru macam saya he.. he… Dengan harga tiket segitu kita dapat bermain di wahana air sepuasnya sampai keling. Juga bebas melihat bird park dan giant aquarium. Dan kalau masih mau ngelanjutin nonton cinema 4D, harus merogoh kocek lebih dalam lagi sebesar Rp. 40.000,- Yang ini bagaimana nanti sajalah, paling juga anak saya takut kalau diajak nonton film kayak ginian, kebalikan dengan saya yang memang hobby nonton ini. Tapi model pembelian tiket seperti ini hanya terjadi di week end alias Sabtu dan Minggu. Di hari biasa, tiket yang berlaku adalah tiket terusan, jadi kita bebas menikmati semua wahana termasuk cinema 4D tanpa membeli tiket lagi.
Bisa bermain air sampai kisut semua......!

Buat yang baru kesini semacam saya, barangkali agak bingung setelah membeli tiket, karena selain struk bayaran kita juga akan mendapat semacam koin magnetis. Jadi pas pemerikasaan menuju lokasi wisata, koin magnetis itulah yang disodorkan ke pengawas. Dan untuk itu kita diharuskan membayar biaya lagi sebesar Rp.20.000,- lagi sebagai jaminan. Dan uang itu akan dikembalikan jika kita mengembalikan koin magnetisnya. Koin itu terikat dengan gelang karet yang terserah kepada kita, mau dipakai di pergelangan tangan atau disimpen di tas, atau disimpen di kantong. Kalau koin itu hilang, atau dibawa pulang buat kerokan, ya wasalam deh Rp.20.000,- nya. Terlihat canggih, tapi buat saya justru terasa ribet.

Memasuki area ruang ganti, susasana makin terasa crowded. Barangkali karena memang hari Minggu, jadi pengunjung lumayan padat. Dan saya kembali kebingungan dengan mekanisme penyewaan locker di sini. Selain harus membayar lagi Rp.5.000,-, sistem pengunciannya ternyata tidak menggunakan gembok, grendel atau semacamnya, tetapi menggunakan sistem koin. Dimana kunci akan terbuka jika kita memasukan koin di lubang koin-nya seperti di telepon umum jaman dulu. Dan tetap, untuk kecanggihan sistem seperti ini, kita harus membayar koin magnetis (again!) Rp.20.000,- sebagai jaminan. So, kalau kita sering mondar-mandir untuk buka tutup locker, bersiaplah membayar Rp.5.000,- dikalikan berapa kali anda membuka locker, beuh!

Dan saya hanya memberikan penilaian lumayan untuk sarana wahana air di sini. Wahana air yang ada disini memang tidak bisa dibilang hal baru, karena sudah banyak wahana seperti ini di Jakarta. Model ember tumpah, sliding alias prosotan, semprotan, lazy river dan sliding with tube sudah sering saya temukan di berbagai wahana air di Jakarta. Yang unik barangkali fountain soccer. Di sini kita bisa bermain bola sambil menikmati semburan air dari lantai, cukup unik dan heboh. Selama kami berada di sini, cukup banyak pengunjung yang bermain bola. Saya juga tidak menemukan kolam olimpic untuk memuaskan hobby berenang saya. Tapi saya cukup bahagia melihat tawa keceriaan anak dan istri saya saat bermain di semua wahana di sini. Malah saya kesulitan merayu anak saya untuk berhenti bermain air dikarenakan hari sudah menjelang sore. Suasana di wahana air siang itu memang sangat ramai. Pengunjung memenuhi semua wahana permainan air yang ada. Ada yang bermain bola di fountain soccer, bermain voley di kolam renang, menikmati arus sambil menaiki tube, ataupun sekedar berendam menikmati kucuran air seperti saya ini.

Mau nyrodot, nyelem atau nyantai, komplit! sayang ikannya nggak bisa dipancing, bisa dipentung satpam!

Akhirnya setelah bersusah payah membujuknya, akhirnya berhasil juga saya merayu si blekok untuk selesai bermain air dan mandi bersama mamahnya. Selesai mandi sambil menikmati es krim, karena penasaran saya pun clingak-clinguk mencari tempat bird park dan giant aquarium berada. Setelah bertanya kepada pak satpam, tempat itu pun berhasil kami temukan. Taman burungnya berada di lokasi yang tidak terlalu luas (dan panas) dengan koleksi burung yang menurut saya harus banyak ditambah. Hal yang sama juga saya dapati pada aquarium air tawar-nya. Ikan-ikannya memang cukup unik tapi terbilang sedikit, dan tidak bisa nyaman dinikmati dengan berjalan kaki, harus sambil berenang atau naik tube. Lokasi aquariumnya memang berada di sisi kolam arus. Kalau saya bandingkan dengan taman burung dan aquarium air tawar di Taman Mini Indonesia Indah, atau taman burung di Taman Safari, the Jungle sepertinya harus banyak berbenah lagi.

Setelah puas, kami pun berjalan kaki menuju cinema 4D di dekat pintu masuk. Dan ternyata, anak saya berminat untuk menonton. Istri pun ho’oh saja. Dan saya pun mengeluarkan dompet serta merogoh kocek Rp.120.000,- untuk 3 tiket pertunjukan (untuk nggak pake sistem koin magnetis lagi!). Dan di sini, untunglah saya betul-betul terpuaskan dengan pertunjukannya. Dengan jumlah penonton yang tidak terlalu banyak, saya, istri dan anak dapat berteriak sepuasnya saat “meluncur” di salju dengan kecepatan tinggi, menabrak pohon pinus atau terlempar di udara. Juga saat berjalan di keremangan malam, memanjat pohon kering memasuki jendela rumah hantu, sambil merangkak di lorong sempit bertemu ular, kucing hitam diselingi tikus yang berlarian di celah-celah kaki. Pokoknya semuanya is look real, man! Waktu pertunjukannya lumayan lama (sekitar 20 menit) dengan tayangan dua judul film : Snow Ride dan Haunted House.
 Sayang, burungnya kurang banyak (dan kurang teduh).

Cinema 4D-nya top banget!

Setelah berfoto-foto sejenak di depan pintu masuk The Jungle, menemani anak naik kuda, serta mengembalikan koin magnetis, kami bertiga pun segera menuju ke parkiran motor untuk selanjutnya kembali ber”touring” ria menuju rumah di Cisarua. Di atas motor setelah berbisik : “besok kesini lagi ya pah”, anak saya pun pulas tertidur! Thanks God for a woderfull day……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar