Jumat, 22 Oktober 2010

Kami Kaze!

 Gengis Khan, ngeliat patungnya aja dah keder!


Pengantar.
Sebagai pencinta sejarah, saya menemukan sebuah artikel di sebuah majalah perpustakaan sekolah.  Majalah lama memang, tapi isinya bagus dan bisa menjadi bacaan yang up to date. Ditulis oleh seorang penulis bernama Paulus Bambang W.S. dan tertuang dalam majalah SWA edisi 09/XXIV/30 April-14 Mei 2008 hal. 142. Artikel tersebut sebenarnya bukan murni ulasan sejarah, karena di setengah bagian akhir tulisan, semangat “kami kaze” bangsa Jepang itu dianalogikan dalam perspektif ekonomi dan politik. Saya hanya menyadur bagian awalnya mengenai asal muasal istilah kami kaze sebagai bahan bacaan untuk murid-murid saya yang senang sejarah.
--------*****---------

Pada waktu kejayaannya, bangsa Mongol merupakan bangsa yang disegani setiap negara. Genghis Khan dan Kubilai Khan adalah duo kaisar yang akrab di telinga kita. Dari sekolah dasar sampai lanjutan atas, kedigdayaan mereka selalu menjadi bagian dari sejarah Asia, khususnya Indonesia.

Bangsa Cina berusaha membendung musuh dari utara yang kuat ini dengan tembok raksasa yang kata orang bisa terlihat dari bulan. Tembok yang dibangun dengan inti batu karang, yang akhirnya menjadi tembok yang kuat karena timbunan pasir dari gurun di sekitarnya.

Ketika tembok batu dan pasir ini berdiri, bangsa Cina merasa lebih tenang. Tembok besar itu mampu menghambat laju intrusi dan ekspansi bangsa Mongol. Bangsa Cina tidak mengalahkan mereka, tetapi menghambat daya serang mereka dengan kemampuan alam. Mereka memanfaatkan angin dan debu pasir yagn kuat untuk membangun tembok raksasa. Dewa angin dan pasir, menurut kepercayaan masyarakat Cina Utara, menolong mereka dari kebengisan bangsa Mongol.

Lain Cina lain pula Jepang. Ketika bangsa Mongol mulai mengarahkan perhatian ke kepulauan di timur Cina itu, bangsa Jepang pun mulai menyusun strategi dan taktik untuk menghambatnya. Namun, kekuatan bangsa Mongol saat itu tiada bandingannya. Mereka adalah super power yang ingin menjadi polisi dunia.

Keinginan menaklukan kekaisaran kepulauan itu membuat kaisar Mongol mengirim puluhan kapal dengan tentara yang prima untuk meluluhlantakan Jepang. Kekuatan maritim yang kuat dengan kombinasi pasukan gerak cepat kelas super menjadi jaminan bahwa hanya beberapa saat negara kepulauan itu sudah menjadi daerah jajahan baru.

Ketika iringan kapal bangsa Mongol mendekati pantai Jepang, masyarakat Jepang sudah dalam kondisi kalah sebelum perang. Persenjataan dan kekuatan mereka tak sebanding dengan sang adikuasa sat itu. Mereka tidak sempat membangun penghalang seperti bangsa Cina dengan tembok raksasa.

Malam sebelum rencana pendaratan yang spektakuler itu, terjadi sesuatu hal yang tak pernah dipikirkan bangsa Jepang. Deru angin yang dahsyat diertai tiupan taufan bagai tsunami karena gempa dengan skala di atas 10 reichter melanda daerah di sekitar pantai. Angin besar ini meluluhlantakan dan memporakporandakan armada bangsa Mongol yang siap mendarat di pantai.

Semalaman angin itu tak mereda. Keesokan harinya, seluruh kapal bangsa Mongol tenggelam atau hancur berantakan. Hampir tak ada yang tersisa. Mayat perwira dengan pakaian lengkap terapung di pinggir pantai. Penduduk di sekitar pantai yang sangat takut dengan pasukan super ini takjub dengan kejadian ini. Mereka berteriak “Kami (God) kaze (wind)”. Artinya God’s wind that make them win. Ada invisible hands yang menolong mereka menghancurkan musuh.

 Pilot kami kaze : keberanian tiada batas!

Kemenangan yang gilang gemilang itu seperti meningkatkan kepercayaan diri bangsa Jepang. Mereka ingin menciptakan sejarah. Kami kaze versi baru. Kami kaze versi manusia. Bukan God’s wind atau God’s will, melainkan man’s wind atau man’s will.

Ketika ingin menjadi jawara dalam perang dunia II, mereka memiliki penerbang dengan semangat yang sama. Ingin menghancurkan kapal musuh yang besar dengan menabrakkan pesawatnya ke kapal tersebut sehingga kapal tersebut karam. Hanya satu orang Jepang berkorban sebagai ganti ganti dari ratusan bahkan ribuan anggota pasukan yang berada di kapal induk. Kami kaze dalam perspektif manusia. Akibatnya, tentu berbeda. Jepang bertekuk lutut pada sekutu. Sebuah tindakan kami kaze yang keliru. Suicide. Bunuh diri!


Photo taken on May 14, 1945, from the USS Washington (BB-56), shows the Enterprise exploding from a bomb laden kamikaze. The ship's forward elevator was blown approximately 700 feet into the air from the force of the explosion six decks below.
 Image source :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar