Rabu, 25 Januari 2012

Sebuah Mesin Waktu Bernama Reuni

Dulu imut-imut sekarang amit-amit.....


Sebuah reuni ibarat mesin waktu, paling tidak itu menurut saya. Dalam sebuah reuni, sebuah titik kehidupan di masa lampau seolah menjelma secara telak membayangi seluruh rongga otak kita. Sebuah jaman yang sudah tenggelam dan tergilas putaran roda waktu, mendadak muncul dengan jernih seperti layar bioskop, meluncur deras seiring ocehan teman-teman lama. Gambaran seperti itulah yang minggu kemarin terjadi saat saya bertemu dengan teman-teman lama satu perguruan silat Nagajati. Nagajati, ya sebuah nama perguruan silat yang pernah mendasari kehidupan saya. Berhulu di Kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah. Waktu itu adalah era 80 – 90-an dan saya adalah anak SMA yang penuh ambisi dan terkadang lupa diri.


Sebelumnya, mungkin saya harus mengawali tulisan ini dengan ucapan terima kasih kepada Mark Zucherberg, yang berkat kejeniusannya menciptakan media yang nggegirisi bernama Facebook. Gimana nggak nggegirisi, berkat kesaktian orang itu, orang bisa saling bertemu kembali, ngobrol kembali dan melihat wajah orang lain, bahkan wajah yang belum pernah kita kenal sama sekali, gile benerr….. Selanjutnya juga terima kasih kepada penggagas ide group ini, mulai dari Mas Kuncoro dan mas Sony sang Admin yang berkat kewaskitaannya juga mampu menerawang jauh nan luas sehingga menemukan getaran-getaran jiwa para alumni Nagajati yang sedang terkekang kesumat rindu akan nama Nagajati.

Maka di hari Minggu yang semilir dengan angin sedikit kencang ini, bertempat di Anjungan Jawa Tengah TMII, di pendopo sebuah rumah yang tanpa ijin kita duduki, ditemani ubi cilembu, kue lapis, jeruk palembang dan teh botol, bertemulah 14 alumni Nagajati yang sebelumnya tersebar di sudut-sudut Jabodetabek. Secara pribadi, saya hanya mengenal mas Barkah yang semasa latihan di SMAN 1 Kebumen dulu menjadi pelatih saya. Selanjutnya hampir tidak ada yang saya kenal, atau mungkin sudah lupa. Tapi disitulah letak kehebatan sebuah fenomena bernama ikatan persaudaraan. Sebuah salam, jabat tangan atau sebuah pelukan yang berlangsung sekian detik mampu merekatkan kami seolah kami adalah saudara satu rahim. Langsung akrab, langsung dekat, langsung ngrumpi gila-gilaan.

Menyatukan memori masa lalu.....

Maka setelah saling mengenal, meluncurlah dari bibir kami, cerita-cerita usang tapi keramat, karena disitulah terdapat sepenggal perjalanan hidup kami. Ada yang setahun, 2 tahun, 5 tahun atau puluhan tahun menerima gemblengan dari Nagajati. Melalui tangan dingin guru kami yang biasa kami panggil Om Nug itulah, tercipta dan tertata pola kehidupan yang membentengi kemanusiaan kami. Di dalamnya ada kekuatan tapi rendah hati, ada kepemimpinan tapi tetap ikut aturan, ada pengetahuan tapi tetap jangan pernah berhenti belajar. Terdengar jauh dari bela diri bernafaskan pukulan dan tendangan. Tapi di Nagajatilah saya pertama kalinya belajar beladiri yang sesungguhnya. Membela supaya survive dari musuh, dari sakit dan dari kerasnya kehidupan. Dari tempaan dan perjalanan hidup kami selanjutnya itulah, kami sadar bahwa membela diri dari kerasnya kehidupan adalah pembelaan diri yang sebenarnya. paling berat dan paling sulit.

Bau keringat kami saat latihan silat dan pernafasan seolah tercium kembali. Dinginnya malam pantai selatan pulau jawa saat kami mengambil sabuk seolah kembali menyentuh kulit. Tafakurnya kami saat mendengar wejangan Om Nug seolah menggetarkan kembali gendang telinga, mengendap hingga kini di dalam hati. Suara desingan ayunan batu bata saat menghantam kepala, atau ambruknya balok es karena hantaman saat ujian kenaikan tingkat seolah kembali terdengar di telinga membuat senyuman kembali tersungging. Hampir tidak percaya, bahwa kami pernah mengalami itu semua. Kini bukan pukulan, batu bata dan es balok lagi yang kami lawan, tapi sangkala kehidupan yang keras dan penuh jebakan.


Dari dulu hingga sekarang, tetep "aja dumeh"



Reuni itu memang tidak lama, tapi pasti akan membekas dengan lama. Nama Nagajati sudah membesi dalam hati kami. Meski jarang disebut tapi nama itu akan tetap melekat di hati para murid-muridnya yang kini ramai dengan berbagai atribut. Ikatan persaudaraan itu akan tetap terjalin bersama terbitnya matahari dan semilirnya angin. Karena matahari yang bersinar dan angin yang berhembus saat reuni adalah matahari dan angin yang sama juga yang berhembus di Klirong…… Salam Nagajati. (Tribbute to Nagajati, salute to Om Nug).

7 komentar:

  1. Alhamdulillah..
    Bisa ikut nimbrung...
    Liat tulisan diatas...dadi kelingan latihan jendral tim...
    Saya di th 98 masuk naga jati..
    Masih inget wkt di latih sama kang Mulyono...
    Parjo...muksin..
    Ada juga yang masih melekat wajah tp lupa namanya...
    Lari dari jatimalang pe pantai petanahan..
    Dari teknik sabung,jurus,pernapasan,intimurni dll...
    Amat sangat luarbiasa fungsi tempaan dari naga jati...

    BalasHapus
  2. Jal...reuni maning...
    Pada mlayu meng petanahan....apa isih pada kuat....

    BalasHapus
  3. Mohon informasi utk pelatihan naga jati sekarang ada dimana ?

    Raharjo
    081327043234

    BalasHapus
  4. Naga Jati sekarang udah mulai bangkit. Di Kebumen sebagai pusatnya. Ada Palembang dan juga di Jabodetabek ��

    BalasHapus
  5. di gambar/foto yang paling kiri itu apa benar mas Rusman? yang sebelahnya mas suharso?

    BalasHapus