Selasa, 23 Maret 2010

Solo Turing Ke Cisaat dan Cidahu, Sukabumi


Setelah lama tidak berturing ria, akhirnya saya berkesempatan untuk mengulangi berpetualang dengan sepeda motor kebanggaan saya, Tiger Revo 2008. Turing terjauh saya terakhir adalah ke Bandung tempo hari menghadiri ulang tahun HTML (Honda Tiger Mailing List). Barangkali yang ini tidak pantas disebut turing karena jarak yang bakalan saya tempuh diperkirakan cuma 80 km-an (berarti 160 kilo bolak balik). Niat utamanya juga bukan turing tetapi survey lokasi.



Semua bermula saat saya mendapat tugas sekolah untuk melakukan survey ke daerah Sukabumi, untuk mencari tempat berkemah untuk para siswa. Lokasi tujuan survey-nya adalah Tanakita Camping Ground di Cisaat dan Batu Tapak Camping Ground di Cidahu. Kedua lokasi tersebut berada di Sukabumi, cukup lumayan untuk sekedar memanaskan mesin tiger saya yang sudah semingguan ini nganggur di rumah. Saya baca di website jika lokasi kedua tempat camping ground itu berada di daerah pegunungan. Tanakita berada di ketinggian 1.100m di atas permukaan air laut dan berhadapan dengan gunung Gede Pangrango. Jarak dari Jakarta 110 km dan dapat ditempuh dalam tempo 3,5 jam dalam kondisi normal. Sedangkan Batu Tapak berada di ketinggian 900m di atas permukaan air laut. Selain itu secara pribadi saya ingin menguji ketangguhan honda tiger saya untuk mendaki daerah perbukitan setelah sebelumnya sukses melahap daerah pantai di Ujung Genteng, masih Sukabumi juga. Hanya sekarang saya bakalan alone alias sendirian tanpa teman-teman HTML Bogor.

Setelah memanaskan tiger dan mengatur perbekalan termasuk jas hujan, hari itu-7 Maret 2010, sekitar jam 7 pagi saya pun lepas landas dari rumah di Cisarua menyusuri jalanan Puncak - Ciawi belok kiri – memasuki jalur Sukabumi. Niat untuk memasang side box, saya batalkan mengingat barang bawaan yang tidak terlalu banyak, cukup box belakang saja. Lagian berdasarkan pengalaman, jalur ini jika siang hari bakalan menjadi jalur padat. Kaciaaaan kan nanti jika side box baru saya harus lecet-lecet tersenggol kendaraan umum yang nggak makan bangku sekolahan itu! Saya memutuskan untuk langsung menuju Tanakita dahulu sebagai lokasi terjauh, dan nanti ke Batutapak sambil sekalian jalan pulang.

TANAKITA.
Jalur Cisarua – Ciawi – Cicurug – Parungkuda – Cibadak – Cisaat saya tempuh kurang lebih 1,5 jam. Ditambah 30 menit jalan mendaki menuju lokasi dari jalan besar. Lokasi Tanakita persisnya berada di desa Kadudampit, Cisaat. Jalan ke atas terhitung mulus, hanya sekali-sekali terdapat lubang yang harus diwaspadai. Sambil memacu tiger tidak terlalu cepat saya pun menikmati pemandangan di kiri kanan jalan yang sudah ramai dengan aktivitas pagi penduduknya. Informasi yang saya terima dari tukang ojek, bahwa lokasi camping ground masih sekitar 9km lagi dari jalan besar. Memasuki area Tanakita di daerah perhutani, udara terasa bertambah dingin, maklum karena di ketinggian. Sekitar jam 9 akhirnya saya pun sampai di lokasi perkemahan. Saya sejenak terpesona dengan keindahan alam yang terbentang yang terlihat dari lokasi camping ground ini. Di situ, sesuai amanat, maka saya pun mengecek semua fasilitas yang disediakan. Dari lokasi mendirikan tenda, tempat makan prasmanan, hingga kamar mandinya. Semuanya terlihat bersih, ijo royo-royo dan menyatu dengan alam. Lokasi camping ground ini berada di antara lembah dan hutan pohon damar yang lebat. Dimana kalau kita mengitari lokasi camping akan menemukan danau dan air terjun. Karena kaki sudah mulai pegal, dengan ditemani pak Dadang sang penjaga lokasi camping, saya hanya sempat mengunjungi danau. Tidak terlalu besar akan tetapi bersih dan asri dengan air yang sangat sejuk dan jernih. Sayang, dari pak Dadang saya tidak mendapatkan informasi yang pasti mengenai harga fasilitas yang ada. Semua harus dibicarakan melalui kantor Tanakita yang ada di Jakarta. Setelah mengambil beberapa gambar dengan kamera digital, baik di lokasi camping maupun di tepi danau saya pun segera meninggalkan lokasi camping ground yang sejuk dan nyaman ini.
(Di hari berikutnya, saya baru mendapat info bahwa untuk menginap 2 hari 1 malam di Tanakita, kita harus membayar Rp. 450.000,- per orang).

Foto-foto Tanakita:
 

BATUTAPAK.
Perjalanan menuju Batu Tapak camping ground dari Tanakita berjalan lancar. Kebetulan cuaca sedikit berselimut mendung (untung nggak sampai hujan), sehingga di atas motor saya tidak merasa terlalu panas. Waktu menunjukkan sekitar jam 11 siang. Memasuki jalan besar, lalu lintas jalan raya Sukabumi terasa padat. Di banyak titik seperti pasar, persimpangan dan pabrik selalu terjadi kemacetan. Dari yang mending, sedang hingga kemacetan parah. Kondisi jalan yang tidak rata dan berlubang juga banyak dihajar oleh roda motor tiger saya. Saya pun makin berhati-hati mengendalikan si tiger. Apalagi jalan terasa penuh dengan segala jenis kendaraan. Dari sepeda motor hingga bus-bus besar dan truk-truk tronton.

Sesampainya di belokan Javana Spa, sesuai rute yang sudah saya pelajari, saya pun belok ke kiri memasuki arah ke Batu Tapak. Dari jalan besar, lokasi Batu Tapak masih sekitar 12km lagi. Jalan ke arah sana lebih ancur dibanding ke Tanakita. Apalagi ada sebuah pabrik konveksi atau garmen yang pada saat saya lewat sepertinya sedang pas jam makan siang. Semua karyawan yang jumlahnya alaiyum gambreng itu, keluar semua mencari makan siang di sekitar pabrik yang membuat kemacetan di siang hari itu. Selepas itu perjalanan terhitung lancar. Kondisi jalan tidak merata, ada yang mulus ada yang gradakan. Tikungan pun tidak kalah banyak. Untung pengalaman turing ke Ujung Genteng yang melewati Ciwidey tempo hari, membuat kemampuan manuver saya dalam melahap tikungan semakin bertambah baik, walaupun tidak sampai rebah-rebahan.

Lokasi Batu Tapak sama seperti di Tanakita yaitu di daerah ketinggian dan dekat dengan area perhutani. Sesampainya di lokasi camping ground, dibanding dengan Tanakita, lokasi ini terlihat lebih ramai dan lebih luas. Mungkin karena di tempat itu sedang terpakai oleh beberapa kegiatan. Beberapa tenda terpasang dan sudah terisi. Di tanah yang sedikit lapang juga sedang ada permainan yang dipandu oleh instruktur dari Batu Tapak. Ada juga beberapa tenda yang terisi oleh anak-anak sekolah dari Jakarta. Segera saja, dengan ditemani oleh seorang pemandu, saya pun berkeliling lokasi camping ground dan mengambil beberapa gambar. Berbeda dengan Tanakita yang bernuansa hutan dan sedikit private, Batu Tapak lebih bernuansa lembah dan terbuka. Pemandangan dari sini pun sangat indah. Dengan leluasa kita bisa memandang lembah dan gunung yang terhampar begitu luas. Saya juga sempat ngobrol-ngobrol sebentar dengan sang pengelola lokasi, bapak Yulius. Dari pak Yulius saya mendapat info mengenai harga-harga per item jika ingin menginap di sini, dari mulai harga sewa tenda, bantal, sleeping bag hingga biaya acara.

Foto-foto Batu Tapak :

Menjelang jam 2 siang, saya pun segera meninggalkan lokasi camping ground, karena melihat langit sudah mulai berselimut mendung serta angin yang bertiup semakin dingin. Perjalanan turun menuju jalan besar relatif lancar. Setelah menyempatkan diri berself-foto di pinggir jalan dan beberapa kali membututi biker lokal yang jago-jago banget nikung dan ngebut, padahal membawa sekarung rumput, kayu atau barang-barang pedesaan lainnya, saya pun sampai di jalan raya Sukabumi kembali. Belok ke arah kiri menuju Ciawi saya kembali berkutat dengan kemacetan. Untung tidak segera turun hujan, dan sekitar jam 4-an saya pun sudah tiba di rumah di Cisarua dengan selamat…..
 The rider and the tiger....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar