Jumat, 12 Februari 2010

Harley Davidson, Puber Kedua Dan Bogorianz!

I.
Saya sama sekali tidak pernah menyangka akan memiliki sebuah motor harley davidson, bermimpi pun tidak. Makanya saya masih tertegun dan mengingat-ingat apakah saya pernah bermimpi kejatuhan durian atau paling tidak rambutan, sehingga sekarang ada motor harley davidson ngejogrog di teras rumah saya. Sosoknya gahar, berat, dengan balutan warna hitam dan peraknya. Panjangnya memang tidak terpaut jauh dengan honda tiger revo saya, akan tetapi tenaganya, beda jauh meenn…. Dibanding honda tiger revo yang cuma 200 cc, harley davidson “baru” saya ini kira-kira memiliki 1000-an cc. Sore kemarin saya memang mendapat durian runtuh sebuah motor harley davidson warisan dari bos saya. Tipenya saya tidak tahu, tahun pembuatannya pun tidak paham, tapi menurut bos saya sekitar tahun 80-an. Motor itu memang sudah lama dimiliki oleh bos saya dan sudah berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun tidak ditungganginya lagi. Tentu saja beliau jika bepergian lebih nyaman menggunakan BMW, mercy atau toyoya camry-nya. Itupun dengan sopir pribadinya. Bos saya itu memang terkenal dengan kemurahan hatinya.



So, sore kemarin, dengan ringan beliau berkata : “bawa aja tuh harley daripada karatan”. Saya sampai terbengong-bengong, untung tidak sampai ngeces atau ngiler. Seperti saya tulis di muka, mimpipun tidak kalau akan memiliki motor harley davidson. Alasannya pun saya tidak tahu, tapi mungkin beliau tahu kalau saya termasuk anak biker, karena beliau terkadang suka bertanya mengenai stiker HTML yang banyak menghias honda tiger revo saya jika dipakai ke kantor. Sore itupun akhirnya dengan masih serasa mimpi saya mencoba dan mengadaptasikan riding style saya dengan motor gede itu. Setelah lebih kurang 1 jam dengan ditemani asisten beliau sebagai riding partner, sayapun akhirnya agak bisa menyesuaikan diri dengan tarikan dan semburan tenaganya. Kata sang asisten : “wah, mister Herry beruntung banget dapat warisan harley bapak, saya juga kebagian warisannya pak, tapi cuma sepeda ontel!”…. Maka setelah kunci, surat-surat dan buku manual berpindah tangan, maka sore menjelang malamnya, saya pun memacu motor harley itu ke arah puncak menuju rumah saya.

II.
Dan malam minggu itu, saya sudah tidak sabar ingin membawa motor gede itu ke ILP, tempat biasa saya dan anak-anak HTML Bogor alias Bogorianz kopdar. Saya sudah bayangkan, pasti di sana bakalan heboh deh para bogorianz mengerubuti saya. Tanya ini tanya itu, serta sibuk bergantian untuk berfoto bersama tunggangan saya itu. Beberapa kali memang saya temui, beberapa teman Bogorianz kopdar dengan menggunakan motor selain honda tiger. Tapi ya paling banter Kawasaki Ninja, Suzuki Thunder atau Yamaha Scorpio. Saya bayangkan juga pasti nanti motor bro Dona atau bro Idrus yang super keren dengan boks-nya itu bakalan minder jika parkir di sebelah Harley Davidson saya. So, Jam 8-an malam akhirnya saya sudah keluar rumah memacu sang harley dengan suaranya yang menggelegar itu. Benar kata orang, suara motor harley tidak hanya sampai di kuping, tapi sampai ke jantung, bremmm…. Bremmmm….. blekk… blekk…. Blekk….. jdar….jdar….jdarrrrr…… pokoknya edan lah!
 The dream do come true......

Saat keluar rumah menuju jalan besar, perasaan sepanjang gang, semua kepala tetangga melongok keluar melihat ada apa. Rupanya banyak yang belum tahu kalau saya sekarang sudah mempunyai motor harley. Kayaknya suara si harley berkumandang dan bergema melalui double knalpotnya itu memenuhi satu RT tempat saya tinggal. Wah, bangganya hati ini, walaupun harley pengasih orang tetap saja sekarang saya yang menungganginya. Helm yang saya pakai pun sudah saya ganti yang half face tidak lagi full face. Kaca helm pun tidak saya tutup. Rugi dong motor sudah harley tapi orang nggak sampai melihat wajah tampan saya he..he..

III.
Saat itu jarum spedometer motor harley saya menunjuk angka 50-an. Sengaja saya tidak mau memacu terlalu cepat. Karena selain masih adaptasi, saya pun berusaha agar sebanyak mungkin orang melihat saya. Jadi pelan-pelan saja deh…. Selepas Ciawi, menuju Tajur, saya melihat lambaian seseorang wanita yang sangat saya kenal. Benar, rupanya si Linda, wanita yang sudah sebulan ini rajin membonceng saya jika ke kantor pagi-pagi. Tentu saja, tanpa sepengetahuan istri di rumah. Linda adalah seorang sekretaris di perusahaan garmen di sekitar Tajur. Masih single (ngakunya!), usia 20 tahunan, wajah cantik, kulit putih, rambut lurus panjang hitam, semampai, supel, gaul dan seabrek kelebihan yang dipunyai seorang wanita belia, pokoknya kinyis-kinyis lah! Anehnya dia tetep ganjen saja ngebonceng dan bergaul dengan saya yang sudah masuk kategori bapak-bapak ini. Wah, jangan-jangan karena honda tiger atau harley saya nih!

Maka, singkat kata singkat cerita, kamipun berboncengan melaju menuruni jalanan beton Tajur yang agak menurun ini. Tentu saja dikarenakan kondisi jalanan yang menurun, membuat posisi badan kami semakin rapat. Linda pun tidak ragu-ragu melingkarkan tangannya di pinggang saya yang mulai berlemak ini. Harum tubuhnya membuat saya terasa melayang lupa dengan anak istri di rumah. Dan benar saja, ujian pun datang…. Baru 2 menit melaju di atas harley, linda sudah memberikan ajakan yang tidak bisa saya tolak, “ Om, nonton aja yuk di bioskop Tajur”, Film-nya bagus om, paku kuntilanak!” Wah gawat nih… setahu saya nih film banyak adegan hot-nya. Jangan-jangan saya mau digrepe-grepe nih… Tapi ya itu saya memang tidak kuasa menolak, atau jangan-jangan saya memang sedang puber kedua nih! Lagi pula dibanding melihat wajah-wajah para Bogorianz yang asem-asem dan bau knalpot motor, toh mending berduaan dengan cewek mauan ini, kapan lagi pikir saya, sikaaat aja bleeehhhh!!!

Akhirnya saya pun membelokkan motor harley memasuki halaman parkir bioskop Tajur yang malam itu cukup ramai. Seperti biasa, kami tetap menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, motornya sangar, sang pria tampan, kekar dan berkharisma, sedang sang wanita, cantik tinggi dan bohay. Begitu selesai memarkir motor, sebuah tangan terasa memegangi kaki saya. Saya sempat kaget karena saya pikir ular atau kucing. Tapi benar, itu sebuah tangan, ukuran anak-anak. Belum sempat saya mendapat kesadaran penuh, terlihat sosok kecil disusul suara yang juga sangat saya kenal, “mister, mister Herry, bangun mister…. katanya mau main bola….” Benar itu suara Haibin, murid kecil saya di sekolah. Beruntut di belakangnya muncul sosok-sok kecil lainnya : Al, Irgi, Rayyan, Arwen, Yasmin, Lala dan Abi…… Ya, semuanya adalah murid-murid TK saya yang super lucu dan selalu bersemangat berolahraga…….

Akhirnya setelah saya dalam kesadaran penuh saya pun tertegun. Tidak ada harley, tidak ada Linda, tidak ada grepe-grepe-an di bioskop dan untung sekali tidak ada puber kedua dan selingkuh, semua cuma mimpi…. cuma mimpi. Jam-jam 11-an siang seperti ini saya memang terkadang suka terkantuk-kantuk hingga tertidur di pinggir lapangan di bawah pohon rambutan jika menunggu murid-murid saya untuk berolahraga. Mungkin beginilah jika keseringan ngebayangin harley milik bos yang jumlahnya 4 itu…..

Sambil berdiri sedikit sempoyongan, saya berteriak kepada penjaga sekolah, “Misnooooo, bikinin mister kopi…..!!!!!  Dan entah mengapa tiba-tiba saya mendadak kangen dengan para Bogorianz, para brother sohib-sohib saya itu …….!

Notes :
-Keseluruhan cerita adalah 100 persen ngaco alias fiktif.
-Lokasi cerita 100 persen bener.
-Profesi, nama murid, nama penjaga sekolah saya adalah 100 persen bener
-HTML bogorianz adalah 100 persen benar, hayo cek bareng-bareng setiap malam Minggu di ILP depan rumah sakit Salak Bogor jam 8 malam!

3 komentar:

  1. Jiaah pak herry,, ketauan sering tidur di kantor.. :p
    Ikut ultah KoBoi gak pak..?

    BalasHapus
  2. Tau aja nih. Ikut om, seru acaranya, ane dapat helm gratis tuh......

    BalasHapus
  3. Dah cocok Jdi pengarang cerpen buku tipis nih... Ikut Deg deg an bacanya... 😄😄👍👍

    BalasHapus