Senin, 23 Mei 2011

Annual Camping 2011 : Jungle Survival!

Ular, siapa takut?


Annual camping sekolah di Batutapak tahun ini jelas memberi pengalaman baru dan berbeda dengan tahun sebelumnya. Tidak saja kepada siswa, tetapi juga kepada saya dan para guru. Dengan bertajuk Jungle Survival, acara tahunan ini memang terasa lebih "keras". Dua fasilitator dari Dodiklatpur (Komando Pendidikan Latihan Tempur) Gunung Bunder Bogor, pak Tajan dan pak Wawan tidak saja memberikan ilmunya kepada para siswa, tetapi juga kepada saya dan guru-guru. Kedua fasilitator yang benar-benar tentara sejati itu memberikan materi survival kepada para siswa selama 3 hari 2 malam, 19-21 Mei 2011. Kepada para siswa, mereka berdua memberi pembekalan teknik-teknik survival di hutan seperti pengetahuan berbagai jenis tumbuhan hutan yang bisa digunakan sebagai makanan atau obat-obatan.


Dari markasnya, pak Tajan bahkan membawa beberapa jenis ular seperti kobra dan phyton sepanjang 3 meter untuk “berkenalan” dengan para siswa. Beberapa siswa dan guru yang bermental rendah seperti saya pun mengekspresikan ketakutan kepada 2 binatang melata itu dengan berbagai cara. Dari sekedar merinding, berteriak bahkan lari ngibrit! Tapi berhubung saya kebagian jadi tukang jepret, maka dengan gaya sok berani, terpaksalah saya mendekat untuk mengabadikan momen langka ini. Dan ternyata banyak diantara siswa yang bernyali bak Rob Bredl dan Steve Irwin. Dengan berebut, mereka bahkan meminta pak Tajan untuk mengalungkan sang ular di leher mereka. Pak Tajan juga memberikan pengetahuan mengenai bebagai macam tumbuhan dan kegunaannya. Nah, saat di kota mereka sudah puas dengan berbagai macam makanan fast food, disini ternyata mereka berebut makan rumput, batang tanaman atau daun-daunan hutan. Persis tarzan deh! Pengetahuan survival jika mereka tersesat pun diberikan.

Boleh pegang, jangan dibawa pulang!

Dari pak Wawan, tentara yang sudah merasakan 5 butir timah panas menembus tubuhnya itu, para siswa mendapat berbagai materi yang bertujuan untuk membangun nilai-nilai kebangsaan, kebersamaan, kedisiplinan dan kesopanan. Maka jadilah beberapa peraturan yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya harus mereka rasakan waktu camping ini. Dari makan bersama dengan waktu 10 menit, senam setiap jam 6 pagi, hingga pelajaran baris berbaris dan penghormatan militer. Berbagai permainan yang membutuhkan pola berfikir cepat dan taktis pun diberikan. Wah, pokoknya tidak kalah dengan tim sepak bola U-23 yang sedang dilatih Kopasus di Batujajar deh! Decak kekaguman kami kepada pak Wawan makin bertambah saat dia beraksi meluncur di tali baja flying fox hanya dengan berpegangan pada seutas tali, tanpa tali pengaman di tubuhnya!

Bermain, belajar, kedinginan, ketakutan!

Sedang dari pak Mansur, team builder dari Batutapak ini, siswa grade 3 mendapat pelatihan yang sangat bermanfaat bagi pembentukan karakter dan kebersamaan. Aktivitas dan program yang diberikan pak Mansur tidak pernah membuat mereka bosan, dari ice breaking, menangkap ikan hingga main layangan. Walau sangat fun, muatan kegiatan-kegiatan tersebut mengandung banyak falsafah positif yang sangat berguna bagi pembentukan kepribadian mereka.

Yang bakal jadi juragan balong....!

Selama 2 malam di Batutapak (1 malam untuk grade 3) tidak satupun dari siswa yang ingin pulang. Mereka sangat menikmati hijaunya alam di lereng gunung Salak ini, walau sesekali diguyur hujan. Semua adalah pengalaman baru yang sangat mereka nikmati. Dari bangun pagi dalam cuaca dingin, menjelajah hutan, api unggun, mandi di bawah air terjun, tidur didalam tenda berhiaskan bintang malam, hingga menikmati jagung bakar di ketinggian sambil menikmati kerlip lampu kota Sukabumi dan Bogor di kejauhan sana.

Yang beginian tidak bakalan ada di Jakarta, enjoy!

Di malam hari atau di sela-sela waktu istirahat, pak Tajan dan pak Wawan pun kami korek untuk menceritakan berbagai macam pengalaman mereka. Pak Tajan yang sudah ratusan kali digigit ular yang juga seorang kakak pembina pramuka dan pak Wawan yang ususnya pernah dikeluarkan dari rongga perutnya di meja oprerasi ini pernah bertugas di beberapa bagian di Indonesia termasuk di timor-timur. Berbagai pengalaman heroik dan menegangkan pun mengisi hari-hari kami di sana yang membuat kami menyadari betapa beratnya tugas para penjaga bumi pertiwi ini. Juga membuat kami bangga bahwa Indonesia memiliki pejuang sejati seperti mereka yang tidak kenal menyerah dan siap mengorbankan jiwa dan raganya bagi bangsa.

Beberapa “rekor” pun sempat saya rekam sebagai bentuk apresiasi saya terhadap anak-anak dan guru yang dengan gigih mengisi kegiatan jungle survival ini, dan ini adalah penilaian pribadi semata. Berikut rekor-rekor tersebut :
-Penangkap ikan terbanyak : Kamel.
-Murid perempuan terberani dengan ular : Thatiana.
-Murid laki-laki terberani dengan ular : Nauval Nurdin.
-Murid perempuan terberani flying fox : Tasya.
-Murid laki-laki terberani flying fox : Indra.
-Flying fox dengan gaya terparah : Mr. Nano (flying fox hanya dengan bercelana kolor doang!
-Terheboh ketemu “pocong” : Ile.
-Penyanyi karaoke pendatang baru terpopuler : Haryo

Penyematan pin oleh Ms. Ros, tanda kebehasilan mengikuti jungle survival.



Waktu 3 hari pun terasa cepat berlalu. Di hari terakhir sebelum kembali ke Jakarta, sebuah pin pramuka sebagai tanda kegigihan para siswa mengikuti jungle survival ini pun disematkan oleh Ms. Ros dan Ms. Ann, sang principal. Semua siswa pun maju satu per satu menerima penyematan. Wajah-wajah mereka terlihat sangat bangga. Sekitar jam 1 siangpun kami harus berpamitan kepada Pak Yulius, pengelola camping ground Batutapak dan 2 fasilitator kita, pak Tajan dan pak Wawan. See you again…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar