Jumat, 03 September 2010

Copet Emang Nggak Pandang Bulu!

Penjambret  in action!


Dalam bulan puasa ini, biasanya selalu ada pengalaman berkesan. Paling enggak situasi di bulan puasa yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari memang meninggalkan kesan tersendiri. Mungkin buat saya, pengalaman berkesan di bulan puasa ini adalah saat saya kecopetan! Ya, peristiwa itu memang pelajaran berharga buat saya. Kejadiannya saat saya dan salah seorang kawan memperbaiki ban mobil yang bocor. Dari sisi lain mobil, seorang bad guy membuka pintu mobil dan mengembat tas saya yang berisi dompet dan barang-barang penting lainnya.

Setelah kejadian itu lewat dan saya kelar membuat surat kehilangan dari kantor polisi, sebagai seorang penulis dan pemikir katro, tentu saja saya pun mencoba merenungi dan meresapi kejadian ini. Hal pertama begitu saya menyadari bahwa tas saya raib disikat orang, tentu saja secara mental dan fisik saya syok, lemes, mangkel, geram dari ujung kaki sampai ubun-ubun! Terbayang repotnya mengurus laporan dan pembuatan STNK baru, SIM baru, KTP baru, ATM baru, Kunci motor baru, kunci rumah baru dan beli tas baru! Untunglah profesi mulia saya sebagai seorang guru, membuat saya mampu menahan galonan sumpah serapah baik melalui kata-kata maupun tulisan. Kepada pak Paryono saja, sopir kantor yang mengantar, sayapun dengan wajah tetap sabar dan cool berkata : wis ora opo-opo par, iki nggo pengalaman…. (padahal hati gondok tiga perempat mati!) Sekarang saya jadi sadar akan fenomena seperti diberitakan di tv jika ada pencopet atau penjambret tertangkap bakalan dihajar dengan bengis oleh massa, malah ada yang sampai dijadikan barbeqiu segala... Wong mangkel jeeee….


Udah ketangkep, digebukin, dipenjara baru nyesel (bagi yang nyesel!)


Pencopet dan penjambret memang tidak pandang bulu, baik bulu roma, bulu mata, bulu kaki atau bulu ketek! Tidak peduli orang miskin atau orang kaya, orang susah atau orang sukses, anak-anak atau aki-aki, orang waras atau orang gila, orang kampung atau orang kota, pejabat atau rakyat jelata. Bahkan orang sebaik saya yang punya gaweannya mencerdaskan kehidupan bangsa inipun masih kecopetan, ampuuuuuunn…….

Teman-teman yang akhirnya tahu kalau saya kecopetan pun meledek : kurang amal sih luu….. Kurang amal? Masa sih?….. kalau kurang ikhlas iya kali, nah lo! Kalau di angkot saya ngasih uang ke pengemis suka nggak ikhlas karena kepikiran si pengemis jangan-jangan sawahnya berhektar-hektar di kampung. Kalau di bus ngasih uang ke pengamen, suka nggak ikhlas karena sebenarnya takut sama wajah si pengamen yang kaya almamater penjara Cipinang…… Jadi menurut falsafah teman-teman saya yang gak kalah katronya itu, segala macam kekurangan amal itu akan “disucikan” atau “diseimbangkan” melalui ritual kecopetan, kejambretan atau berbagai jenis kekurang beruntungan lainnya, aduh mak….!

Haruskah saya selalu curiga kepada setiap orang baru, tempat baru dan situasi baru di seluruh bumi ini? Siapa yang bakalan nyangka di daerah yang terlihat aman tentram itu banyak kriminal pada ngumpet, mengintip mencari mangsa. Siapa sangka, dibalik wajah ramah dan senyum manis tersembunyi nafsu jahat? Nafsu merampok, menghipnotis, memperkosa, menculik bahkan membunuh…. Kepada siapa kita harus berteriak dan meminta tolong? Terus terang setelah kejadian ini saya hanya bisa pasrah dan berdo’a (mudah-mudahan do’a yang ikhlas) agar tidak ada lagi kejadian seperti ini menimpa saya dan keluarga saya, saudara-saudara saya, teman-teman saya dan tetangga-tetangga saya, karena rasanya sungguh sakit, sakiiiiiiiiiiiiiittthhh…..!!!

Teman-teman saya yang rada “berpendidikan”, baik di darat maupun di milis banyak juga yang mendo’akan yang intinya : “lagi dicoba tuh pak, berarti nanti bapak akan mendapat lebih dari yang hilang”. Saya pun menjawab amiiiiiiinnn (mudah-muahan amin yang ikhlas). Terakhir saya ingat pesan bang napi, tokoh seram tetapi sering memberi tips menghindari kejahatan itu, bahwa memang benar kalau kejahatan itu terjadi karena memang ada kesempatan. Akan banyak seandainya akan hal itu. Seandainya jika tempo hari pintu mobil dikunci, seadainya saya tetap di dalam mobil, sendainya saya kemarin naik bis saja, seandainya dompet saya kantongin dan tas saya isi dengan ular atau kalajengking! ah segalanya sudah terjadi. Mudah-mudahan kata teman saya yang bijak itu benar bahwa saya akan mendapat lebih dari yang hilang itu… amiiiiiiiiinnnnnn……. (suer, ini amin yang ikhlas!).



Abdi teh cepooottt, bukan copeeetttt....!! 














 Pic sourse :
www.foto.detik.com
http://ciiuchiel.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar