Sabtu, 07 Mei 2016

Safety Riding Course 2016 - HTML Indonesia




Bro Ical dari HSRT Bogor sedang memberi pengarahan safety riding kepada salah seorang peserta SRC.


Hari Sabtu, 30 April 2016, kembali Honda Tiger Mailing List (HTML) – sebuah  komunitas pengendara Honda Tiger terbesar se-Tanah Air, kembali mengadakan program tahunannya yaitu Safety Riding Course (SRC). Kali ini acara tersebut diadakan di daerah sejuk, Bogor, tepatnya di Udiklat PLN Cibogo Megamendung. Kondisi area yang lapang dengan jalanan beraspal mulus itu menjadi lokasi yang tepat bagi penyelenggaraan SRC yang diikuti oleh 43 peserta itu. Tercatat beberapa daerah yang di komunitas HTML disebut simpul wilayah itu mengikuti acara tersebut. Tercatat wilayah Bogor sebagai tuan rumah, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Lampung, Jogjakarta, Tangerang dan wilayah Parahiyangan. Tidak hanya itu, beberapa peserta umum juga mengikuti kegiatan ini. Khusus bagi member HTML, setelah mengikuti SRC, mereka berhak mendapatkan NRA (Nomer Resmi Anggota).

Minggu, 08 September 2013

Rafting Sungai Cianten Bogor

Dah kebayang serunya kan?


Saya harus bersyukur memiliki teman seperti Brank ini. Karena seringkali dia memberi kesempatan kepada saya untuk merasakan sensasi petualangan alam liar yang memacu adrenalin. Seperti kemarin Minggu, mendadak dia mengajak saya untuk mengarungi derasnya arus sungai Cianten, Leuwiliang, Bogor. Kebetulan, karena hari Minggu pagi itu saya sedang tidak ada acara, tidak ada salahnya mengikuti ajakan sang bos Braga Rafting and Adventure ini. Maka di Minggu pagi yang cerah itu, saya sudah tiba di Kampung Wisata Rumah Joglo, sebagai titik persiapan. Lokasi ini adalah sebuah resort yang rindang dan sejuk di wilayah Cinangneng. Seperti resort-resort lainnya di wilayah Bogor, untuk ke lokasi tersebut kita harus melewati jalan sedikit sempit dan berliku, tapi sebenarnya mudah dicapai. Arah masuknya, setelah melewati kampus IPB di daerah Darmaga, kurang lebih 1 km ke arah Leuwiliang, setelah pertigaan Cinangneng di sebelah kiri, ada jalan masuk ke arah resort. Asal rajin bertanya, kita tidak bakal nyasa. Dari jalan besar, jaraknya tidak sampai 1 km.

Minggu, 21 Juli 2013

My First Night Solo Riding


Riding malam, membutuhkan konsentrasi lebih...

Kemacetan kota Bandung yang jijay bajay-lah yang akhirnyamembuat saya memutuskan untuk pulang dari kota Kelahiran saya Kebumen sore hari. Dengan perhitungan sampai di kota Bandung malam hari (jam 12-an malam) akhirnya saya pun memulai perjalanan pulang kembali ke Bogor siang itu. O ya perjalanan ke Kebumen sehari sebelumnya praktis tidak ada yang menarik untuk diceritakan karena terlalu biasa, hanya solo riding siang hari yang diselingi berhenti beberapa kali di Nagrek, Banjar dan Gombong. Lain dengan riding kali ini, karena merupakan perjalanan solo riding malam hari saya yang pertama. Ada sedikit rasa khawatir mengingat perjalanan malam sangat berbeda situasinya dengan perjalanans siang. Lebih adem, lebih lancar, tapi juga lebih beresiko. Resiko ngantuk, resiko pandangan gelap dan tentu saja (amit-amit) resiko kriminal. Untuk yang terakhir, saya agak lega mengingat jalur selatan ini adalah jalur rame yang selalu dilintasi berbagai kendaraan selama 24 jam. Hanya semalam sehari (bukan sehari semalam) di Kebumen, jam 2 siang, saya pun mulai membetot gas menyusuri jalanan kebumen, Gombong, Karanganyar, Sumpyuh, Buntu, Cilacap sebagai etape pertama (sok-sokan pake etape lah biar keren!).

Jumat, 05 Oktober 2012

Road To.. Wayang in Symphony : Menunggu Parikesit.


Narsis dulu sebelum berangkat ke Museum Wayang.



Seminggu setelah hati saya haru biru karena “tawuran berdarah” antara SMA 70 dan SMA 06 di wilayah Bulungan pada 24 September 2012, peraasaan saya sedikit terobati saat membawa murid-murid saya ke wilayah Kota, Jakarta Barat. Rasa sedih sebagai orang tua dan rasa kecewa sebagai pendidik memang akan lama sirna, tapi seperti pepatah mengatakan, the show must go on maka sayapun kembali sibuk mencurahkan cipta, rasa dan karsa kepada aktivitas saya, mendidik putra-putri harapan bangsa di Lakeside Montessori School. Wilayah Kota yang saya maksud di awal tulisan, persisnya adalah Musium Wayang. Haah, wayang lagi, wayang lagi…. Entahlah, mungkin kecintaan saya kepada wayanglah yang menyebabkan saya selalu bersinggungan dengan budaya adiluhung ini. Selain itu satu nama yang membuat saya bersemangat membawa murid-murid saya ke musium wayang adalah Rohmad Hadiwijoyo. Nama itu tertulis sebagai salah satu pengisi Road To.. Wayang in Symphony, acara yang membuat saya harus mengunjungi Museum Wayang di daerah Kota itu. Rohmad Hadiwijoyo adalah seorang dalang, pengusaha sekaligus pengarang buku Bercermin Di Layar-Realita Antar Cerita, yang bukunya menjadi salah satu koleksi perpustakaan sekolah dan menjadi salah satu bacaan favorit saya, karena tulisan-tulisannya mengenai sinergisitas kehidupan manusia dengan kehidupan wayang begitu dalam mengena. Terkadang inspirasi saya menulispun bersumber pada gaya tulisannya. Keberadaan sosoknya jelas membuat acara ini tidak bisa dianggap main-main. Ini adalah acara berbobot dan berkualitas. Nama lain yang tertulis di undangan sebagai pengisi acara dan tidak kalah penting adalah Dr. H. Taufik Yudi Mulyanto, mantan dosen saya di IKIP Jakarta yang kini menjabat Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Jumat, 28 September 2012

Tawuran : Jangan Jadi Kurawa!


Tangisan ibunda Alawy Yusianto Putra, tangisan kita, tangisan Indonesia.


Saat membaca dan melihat sajian berita di Koran dan telivisi mengenai tawuran pelajar antara SMA 70 dan SMA 6 pada 24 September 2012, entah mengapa saya teringat tulisan Pitoyo Amrih di novel wayangnya, “Memburu Kurawa”. Sebagai penggemar cerita wayang, saya menyadari benar ternyata memang banyak peristiwa kehidupan ini yang harus berkaca pada cerita wayang sebagai “bayangan kehidupan”, termasuk juga tawuran. Demikian yang ditulis pengarang yang selalu menulis cerita wayang itu : “Mereka begitu banyak. Tidak mudah untuk dihafal, begitu gampang dilupakan. Tapi begitulah, mereka terlanjur dilahirkan dan sudah menjadi suratan takdir terabaikan di usia kanak-kanak mereka. Apa yang ada di kepala mereka hanyalah apa yang menurut mereka baik untuk diri mereka. Tak pernah berfikir tentang perasaan orang lain, tak pernah berfikir untuk berbagi menciptakan suasana bahagia bersama. Yang mereka bisa lakukan tak lain hanyalah menebar angkara dan menciptakan keresahan serta ketakutan”.

Sabtu, 28 April 2012

Rafting di Kalibaru


Jalur menantang Kalibaru, libaaasssss..........!!



Setelah tertunda berapa kali, akhirnya sayapun bisa memenuhi ajakan seorang teman untuk ber-rafting ria. Rafting? Ya aktifitas yang kata orang penuh tantangan dan memicu adrenalin ini memang sudah beberapa kali diutarakan oleh Brank, teman saya itu. Brank, teman saya di HTML Bogor ini memang seorang petualang dan pecinta alam sejati. Sejak masa mudanya, hobby-nya memang menjelajah, ya mirip-mirip si Bolang gitu deh, he.. he... Gunung dan sungai adalah sahabatnya. Ini memang bakal menjadi pengalaman rafting saya yang pertama. Jadi ingat “fafting bohong-bohongan” saya semasa kecil yang hanya menggunakan batang pohon pisang atau karet ban. Itupun harus rebutan dengan teman-teman lainnya. Cuma rafting kali ini jelas lebih keren, bergengsi dan lebih “beradab” karena menggunakan seperangkat teknologi canggih buatan manusia bernama perahu karet, dayung, helm dan pelampung.

Rabu, 25 April 2012

Indonesian Expressions

Acara pembukaan pameran "Indonesian Expressions" di Hotel Diamond, Manila, sang seniman, Anin Baroto didampingi DCM KBRI Manila, Sritomo Wirodiharjo dan bebeapa sahabat.


Ini adalah tulisan saya yang ke 3 mengenai Wayang Wahyu dan Anin Baroto, tulisan sebelumnya bisa dibaca di sini dan di sini. Kata pertama yang terbesit dalam pikiran saya saat mulai menulis adalah the culture is continuing. Ya, ternyata perjalanan karya-karya Anin Baroto masih terus berjalan. Pameran demi pameran terus berlangsung menyusuri satu demi satu kota-kota di Phillipina. Mulai dari kampus Universitas Santo Tomas di Manila, Vigan City (Ilocos Sur), Pasay City dan terakhir di Intramuros dan Diamond Hotel (Manila). Pameran di Universitas Santo Tomas pernah saya tulis sebelumnya. Kali ini saya akan mengulas secara singkat ke-4 pameran sesudahnya. Sumber saya dapatkan langsung dari sang seniman, Bapak Anin Baroto yang mengenalkan Wayang Wahyu ke publik Phillipina. Kami bertemu di rumahnya, di kawasan Cibubur, sehari setelah beliau kembali dari Phillipina. Dengan bangga seniman yang bernama lengkap Baroto Murti Anindito ini menceritakan pengalamannya selama pameran di Phillipina. Kebanggaan sang seniman sangatlah wajar mengingat begitu dihargainya budaya bangsa Indonesia di Phillipina, tempat sang seniman memperoleh kelulusan dengan predikat cum laude ini.