Dah kebayang serunya kan?
Saya harus bersyukur memiliki teman
seperti Brank ini. Karena seringkali dia memberi kesempatan kepada saya untuk
merasakan sensasi petualangan alam liar yang memacu adrenalin. Seperti kemarin
Minggu, mendadak dia mengajak saya untuk mengarungi derasnya arus sungai Cianten,
Leuwiliang, Bogor. Kebetulan, karena hari Minggu pagi itu saya sedang tidak ada
acara, tidak ada salahnya mengikuti ajakan sang bos Braga Rafting and Adventure
ini. Maka di Minggu pagi yang cerah itu, saya sudah tiba di Kampung Wisata
Rumah Joglo, sebagai titik persiapan. Lokasi ini adalah sebuah resort yang rindang
dan sejuk di wilayah Cinangneng. Seperti resort-resort lainnya di wilayah
Bogor, untuk ke lokasi tersebut kita harus melewati jalan sedikit sempit dan
berliku, tapi sebenarnya mudah dicapai. Arah masuknya, setelah melewati kampus
IPB di daerah Darmaga, kurang lebih 1 km ke arah Leuwiliang, setelah pertigaan
Cinangneng di sebelah kiri, ada jalan masuk ke arah resort. Asal rajin
bertanya, kita tidak bakal nyasa. Dari jalan besar, jaraknya tidak sampai 1 km.
Kampung Wisata Rumah Joglo adalah
sebuah resort dengan kultur bangunan bernuansa Jawa. Di dalamya, diantara
bangunan-bangunan resort bertaburan ornamen-ornamen Jawa seperti ukir-ukiran,
gebyok dan gamelan. Suasananya sangat rindang karena terlindungi oleh banyaknya
pohon-pohonan. Tempat ini sangat tepat untuk melepaskan diri dari kesibukan
kota. Sangat cocok juga untuk acara-acara keluarga, kantor dan corporate. Di
sana saya bertemu dengan Brank dan seorang kawan lain, Iwan. Dia adalah seorang
instruktur arung jeram terkenal di Bogor. Setelah ngobrol sebentar sambil minum
kopi di bawah rindangnya pohon, kami pun segera bersiap. Bersama kami ikut pula
serombongan pegawai BKMG yang sedang mengikuti pelatihan, jumlahnya lumayan
banyak, sekitar 20-an orang. Standard operasional persiapan arung jeram pun
diberikan oleh Iwan, dari mulai persiapan keamanan seperti menggunakan helm dan
baju pelampung sampai intruksi manuver saat berarung jeram nanti.
Yang penting lawan rasa takut....
Setelah semuanya selesai, kamipun
diangkut menggunakan 5 buah kendaraan angkot menuju titik luncur arung jeram. Jalanan
ke arah titik luncur lumayan jauh, berbatu dan berliku, dengan waktu tempuh
sekitar 30 menit. Setelah mobil berhenti, perjuangan menuju tepian sungai belum
berakhir karena harus ditambah dengan berjalan kaki. Jalan yang dilalui lumayan
sulit karena berupa jalan setapak, menurun dan lumayan curam. Dan akhirnya
sampailah kami dilokasi titik awal peluncuran. Di sana sudah menunggu 6 buah
perahu karet lengkap dengan para instruktur. Setelah penempatan para penumpang
di dalam perahu karet, pembagian dayung dan sedikit pengulangan intruksi, arung
jeram pun siap dimulai. Saya berada satu perahu dengan beberapa anggota team
rescue. Setiap perahu berisi 7 penumpang berupa 6 peserta dan 1 instruktur yang
mengendalikan laju perahu. Dan petualangan menyusuri aliran sungai Ciantenpun
dimulai. Wajah para peserta yang awalnya takut dan was-was berubah menjadi
hiruk pikuk dan teriakan kegembiraan. Maklum, kebanyakan mereka baru sekali ini
melakukan arung jeram. Tapi akhirnya, hanya membutuhkan waktu beberapa menit,
mereka pun terbiasa dalam mengendalikan jalannya perahu. Walaupun perahu
terkadang berputar tak terkendali akibat derasnya arus sungai tapi akhirnya
selalu berhasil distabilkan. Kini, pesertapun tinggal menikmati nikmatnya
berarung jeram. Tidak perlu lagi berfikir bagaimana mennggerakan ayung,
semuanya sangat mudah dilakukan bahkan oleh pemula sekalipun.
Yes, we are one team....!
Arus sungai Cianten memang unik.
Terkadang arusnya flat dan nyaman untuk diarungi, di beberapa bagian lainnya
arus sangatlah deras membuat perahu melonjak dan berputar liar diantara
bebatuan besar. Perahu menabrak batu, oleng dan melintir pun menjadi
petualangan seru setiap detiknya. Untunglah tidak ada perahu yang terbalik. Cuaca
cerah dengan sinar matahari yang menyengat tidak dirasakan oleh semua peserta. Kali
Cianten memang menyimpan sejuta pesona. Kalinya lebar penuh dengan hamparan
batu-batu besar, dengan pinggiran yang landai berkerikil luas seperti pantai,
membuat nyaman di mata. Sungainya terbilang sangat lebar, barangkali dari
pinggir ke pinggir mampu mencapai jarak 50 meteran. Tebing sungai di sebelah
kiri yang tidak terlalu curam penuh berisi pepohonan yang rimbun. Sedang sisi
sebelah kanan adalah pinggiran berpasir. Beberapa peralatan berat terlihat
sibuk mengeruk kekayaan alam tersebut hingga ke tebing berbatu. Ya, pasir
sungai Cianten memang terkenal berkualitas bagus membuat pertambangan pasir di
tempat tersebut tidak pernah terhenti. Di sebuah aliran lurus, sungai ini
bertemu dengan aliran sungai Cisadane yang berair sedikit keruh, membuat sungai
menjadi bertambah lebar. Dengan bersemangat semua peserta mendayung dan
mengontrol perahunya sambil menikmati keindahan alam di sekitar sungai.
Kemenangan untuk mereka yang berani....!
Akhirnya, di sebuah tepian sungai
yang landai, setelah sekitar 2 jam kami berarung jeram, terlihat Iwan dan
beberapa crew melambaikan tangan, seluruh rombongan pun berhenti. Inilah titik
akhir petualangan arung jeram hari ini. Waktu ternyata berlalu tidak terasa,
saking asyiknya ternyata kami sudah 9 km menyusuri sungai Cianten yang
mempesona ini. Semua perahupun menepi. Setelah pengecekan akhir, mencopot baju
pelampung dan helm, kami semuapun segera berjalan menanjak menuju parkiran mobil
angkot yang akan membawa kami kembali ke Rumah Joglo. Sepanjang perjalanan di
dalam angkot, tidak henti-hentinya semua berceloteh betapa asyiknya berarung
jeram. Dan bagi yang masih ketakutan untuk melakukan tantangan ini, ingatlah
pesan Brank, petualang sahabat saya itu bahwa arung jeram itu seperti malam
pertama, awalnya deg-degan, selanjutnya ketagihan…..
Yang penasaran dengan serunya arung jeram, bisa klik disini.
Hallo mas herry, masih nyimpen kontak provider rafing atau instruktur arung jeram cianten ga?
BalasHapus