So, Sabtu petang itu, 3 April 2010 – selepas maghrib, saya sudah memacu tigy merah ke arah ILP. Tidak seperti biasanya, saya tidak berangkat dari rumah tetapi dari sekolah tempat saya mengajar. Sabtu siang itu saya mendapat “tugas” untuk belajar melukis dengan seorang seniman lukis di pasar seni ancol dan kembali ke sekolah menjelang petang. Tidak ada cerita yang menarik sepanjang perjalanan di jalan raya Bogor itu. Seperti biasa, pemandangan yang ada hanyalah kemacetan di beberapa titik. Tapi secara keseluruhan perjalanan terhitung lancar.
Di ILP beberapa bogorianz sudah ngariung, ditambah beberapa bogorianz lagi yang datang susul menyusul. O ya, agenda kita malam itu, adalah beranjangsana alias mengunjungi bro Kubil, seorang Bogorianz yang juga member PANTOM, yang beberapa waktu lalu merayakan hari jadinya. Kedatangan kita ke rumah bro Kubil ini memang kurang lebih berniat menghibur bro yang satu ini karena beberapa waktu yang lalu ditinggal pergi sang istri tercinta (turut berduka cita my brother, semoga istri tercinta diberikan tempat yang lapang di sisiNya).
Maka sekitar jam 10 malam, keberangkatan pun disiapkan. Bogorianz yang ikut ke rumah bro Kubil ini sekitar 15-an. Terlihat ada bro Uchu, bro Adi, bro Aryo, bro Eko, bro Ano, bro Dani, bro Rizki, bro Adin, bro Dona, bro Ale (lepas formasi di Ciawi), bro Ari, bro Dimas dan bro Rashim. Wah, ada yang nggak kesebut nggak ya? Oya, rumah bro Kubil ini berada di Cisarua, Puncak, masih satu kampung dengan saya. Beberapa Bogorianz berseloroh dengan mengatakan, wah, sama aja nganter pak guru pulang nih! Saat formasi sudah berada di jalan, saya lihat ke depan, wah, bro Uchu nih VO-nya, bakalan harus konsentrasi penuh. Anak muda ini kalau jalan di depan emang nggak kenal takut, segala macem kendaraan darat disalipnya.
Setelah sekitar 20 menit berangkat dari ILP, di SPBU gadog selepas ciawi, kami berisitirahat sejenak sambil menunggu seorang Bogorianz yang tigernya mengalami sedikit trouble, tentu saja sambil memuaskan napsu narsis alias foto-foto. Selanjutnya perjalanan pun diteruskan kembali.
Kapanpun, di manapun always together (halaaahhh.....)
Di 20 menit berikutnya kami sudah sampai di kantornya bro Kubil, yaitu kantor PLN Cisarua. Tampak bro Kubil menyambut kedatangan kami. Tapi oleh bro Kubil kami dianjurkan bertemu terlebih dahulu dengan teman-teman dari PANTOM. Kami pun segera meluncur menuju tempat kopdaran klub PANTOM, yang lokasinya tidak jauh dari situ. Dan tidak seperti tempat kopdaran klub-klub motor yang lain, yang biasa kopdar di depan mall atau tempat heboh lainnya, tempat kopdaran klub PANTOM ini malah berada di depan sebuah mesjid! Tempatnya masih dipinggir jalan raya puncak. Wah, habis kopdar bisa langsung wiridan nih, salut, salut…..... Bro Asep, sang ketua PANTOM bersama para bro PANTOM yang lain pun menyambut kedatangan kami.
Bogorianz , Pantom-ers, ubi cilembu, mantaaabbbsss.....
Segera saja, selayaknya pertemuan para biker, selain kita memang sudah saling banyak mengenal, terjadilah perbincangan yang cukup akrab. Ditambah lagi dengan kedatangan korwil baru Bogorianz, bro Doni didampingi bro Joe. Kedua ketua komunitas motor honda tiger itupun terlibat obrolan yang sangat akrab. Kedua sosok itu memang pantas menyandang predikat ketua. Keduanya sama-sama tinggi, keren dan berwibawa, pokoke macho habis deh! Selama keakraban itu, sajian ubi cilembu dan air mineral pun disikat sampai tandas guna melawan hawa dingin daerah puncak. Sesekali kami membalas lambaian tangan atau bunyi klakson beragam klub dan komunitas motor yang sesekali melintas jalan raya puncak ini.
Setelah dirasa cukup, kami pun meninggalkan kopdaran PANTOM dan berpamitan dengan para brother tiger daerah puncak ini, karena sudah janji dengan bro Kubil untukmengunjungi rumahnya. 15 menit berikutnya kami sudah sampai di rumah bro Kubil. Segera saja puncak kegokilan Bogorianz pun tumpah di teras rumah bro Kubil yang malam itu berubah meriah. Wajah bro Kubil pun terlihat ceria. Semua banyolan, cerita nostagia hingga nostagila terus terdengar di malam yang semakin larut. Perut para Bogorianz yang tidak kenal kenyang inipun terus diisi dengan sajian pisang goreng, rengginang, kopi susu dan teh manis. Semuanya serba hangat guna melawan hawa daerah puncak yang semakin dingin ini.
Di rumah bro Kubil, where eating has no limit...!
Tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan jam 2 pagi. Karena dirasa sudah terlalu larut, ditambah beberapa bogorianz sudah mulai menguap, dan setelah sambutan sang korwil, kami pun berpamitan kepada tuan rumah. Bro Kubil pun melepas kepergian kami dengan lambaian tangannya. See you brother……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar