Setelah menunggu dan berfikir sekian lama, antara memasang side box atau side bag, akhirnya saya memutuskan untuk memilih pilihan kedua. Penyebab saya menjatuhkan pilihan pada option kedua tersebut hanya satu, gang sempit menuju rumah saya. Ya, jika si tigy dipasang side box, akan kasihan si side box. Mending kalau Cuma tergores, doi bakalan peat-peot terbentur dan kegesrok kanan kiri tembok kasar gang yang sedemikian ngepas buat lewat si tigy. Malah bisa jadi si tigy bakalan tidak bisa lewat akibat ukurannya yang melebar kanan-kiri karena terpasang side box. Nah, jika gembolan si tigy berupa side bag, paling-paling si side bag cuma bergoyang-goyang jika bergesekan dengan tembok gang.
Hanya sekarang masalahnya, saya tidak menemukan side bag yang oke buat membawa barang-barang perbekalan dan oleh-oleh jika saya bepergian bersama anak istri. Tahu sendiri, saya kalau pulang ke rumah mertua di Ciampea sana, gembolannya seabrek-abrek. Dari rengginang, kerupuk, ubi hingga kelapa muda. Beberapa teman di HTML Bogor memanas-manasin supaya saya tetap memakai side box, tapi saya keukeuh mau memasang side bag. Ngubek-ngubek di internet, belum juga menemukan bentuk side bag yang cocok. Kalau tidak kekecilan, kemahalan, kejauhan dapetnya, ya modelnya yang belum sreg.
Akhirnya nasib baik pun tiba. Kebetulan pada saat menghadiri undangan ulang tahun klub motor BMC di Parung, bro Yudi, seorang brother di HTML Bogor menawarkan agar saya menggunakan ex side bagnya yang sudah tidak dia pakai lagi. Anehnya saya menyetujui saja, walaupun saya belum mengetahui seperti apa model dan warnanya. Mungkin karena saya sudah capek mencari-cari dan tidak menemukannya. Dan pada kopdaran malam minggu berikutnya, setelah “ijab qobul” berpindahlah side bagnya ke tigy saya. Ternyata modelnya menurut saya sangatlah bagus dan cukup besar untuk membawa bakal barang bawaan saya, masih baru lagi. Bentuknya kotak persegi layaknya side box. Bahannya lembut dan tebal. Asal bukan hujan deras, saya yakin air tidak akan menembusnya. Warnanya pun warna executive, hitam dengan jenis kuncian model klip.
Memakai side bag memang lebih praktis dibanding side box. Yang jelas tidak perlu bracket. Tapi permasalahan pun timbul. Jika tidak diberi braket, side bag bakalan terlalu nempel dengan body si tigy yang akibatnya cat bakalan tergores-gores. Dan itu sudah terbukti pada tigy saya. Selain itu, jika menikung kelewat rebah (walaupun jarang atau bahkan mungkin nggak pernah, habis ngeri sih) side bag akan tergesrok alias tergores ban belakang akibat terbawa kemiringan motor. Akhirnya saya memutuskan untuk memasang bracket buat side bag “baru” saya. Pemasangan bracket saya lakukan di bengkel SOPO NGIRO alias siapa menduga. Lokasinya di jalan raya Cibinong, Depok, jalur yang biasa saya lewati jika saya ke kantor naik motor. Di kemudian hari, saya baca di internet, rupanya kalau malam, bengkel ini menjadi tempat kopdaran beberapa klub motor di sekitar Cibinong.
Si tigy saat "dioperasi" di bengkel Sopongiro, Jalan Raya Bogor.
Yah, klop banget tuh, siapa yang menduga saya bakalan memasang bracket buat side bag saya. Bracket yang saya pasang sebenarnya bracket motor biasa buat box belakang, hanya ditambah palang besi kotak sejauh 2-3cm buat menahan side bag supaya tidak terlalu menempel body motor. Di bengkel ini juga, saya sekalian mengganti klakson standar tigy dengan yang lebih powerfull. Saat di rumah, anak saya menyebut klakson ini dengan klakson kingkong, habis bunyinya mantep banget, KOONG….KOOOOONG….!! jadi tidak tengsin lagi jika membalas klaksonan teman-teman berbagai klub motor yang suka ketemu di jalan. Sekilas mengenai bengkel ini, tempat ini rasa-rasanya pas banget buat mereka yang ingin memasang berbagai accesoris dan perlengkapan motor. Semua komplit tersedia di bengkel ini. Dari box, klakson, pelk, ban gambot, pasang bracket dan lain sebagainya. Bengkel ini juga melayani perbaikan dan servis. Pokoknya semua yang berhubungan dengan motor, semua ada.
Bagasi si tigy makin komplit!
Pagi harinya, ketika saya membawa si tigy yang sudah “digemboli” bracket dan side bag ke sekolah tempat saya mengajar, eh, tidak disangka, seorang teman berbaik hati menawarkan kepada saya sebuah box belakang yang juga sudah tidak dia pakai (malu ah, mau sebut merknya, maklum belum sekelas GIVI atau KAPPA. Ukurannya juga tidak terlalu kecil, pas dengan body si tigy yang besar. Saya pun girang, karena bakalan komplitlah bagasi si tigy. Setelah harga saling setuju, dia dan beberapa orang teman lainnya memasangkan sekalian boxnya. So, sekarang lihatlah si tigy, seperti layaknya motor siap turing kan…… KOOONG….. KOOOOONGGG…..!!!!!
Si tigy siap turing deh!
pasang apa gan di pinggirnya supaya cat ga kegores ?
BalasHapus@Om Kun : sebenarnya cuma dipasang pelindung berupa plat besi berbentuk kotak aja om, dilaskan ke braket rear box, supaya side bag tidak bisa mepet ke kolong roda, salam kenal....
BalasHapusGan pake side bag apa tuh ... keknya mantabs banget :) (wong2jawa@yahoo.com)
BalasHapus@Anonim : Sidebag-nya, kata temen yang ngasih sih bikinan Bandung om.... gak ada merknya...
BalasHapus